JEJAK SANG JURNALISTIK REPORTASE
Menyimak pada sesi tanya jawab malam hari ini kelihatan seru
juga, para peserta sangat antusias untuk bertanya. dan yang lebih keren lagi
jawaban yang dilontarkan oleh Pak Nur Terbit strong sekali. Rasanya enak
ngobrol dengan pak Nur terbit. Pengalaman dan pengetahuan beliau yang luas dapat menghidupkan
suasana ruang tanya jawab.
Kalimat-kalimat yang dilantarkan pun tidak monoton dibumbui canda ria.
Sayangnya waktu segera membatasi pertemuan karena sudah menunjukkan pukul 22.27
WIB. Pak Nur telah memecahkan record narasumber terlama dan materi terpanjang
di kelas belajar menulis gelombang 16.
Siapakah Pak Nur Terbit ?
Bapak Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Beliau adalah seorang wartawan, sekaligus penulis buku. Anak Bugis-Makassar yang dilahirkan 10 Agustus 1960. Nama pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko dan Hajjah Sitti Maryam Puang Mene. Menjadi narasumber pada pertemuan ke-18 kelas menulis online bersama moderator bunda Aam Nurkhasanah.
Pendidikan
Tahun 2015 Nor Terbit menyelesaikan pendidikan di Universitas
Islam Jakarta, program S2 ilmu hukum dengan tesis "Pola Pemberian Upah
Untuk Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta". Sedang
S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari'ah
dan Hukum. Sementara Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar.
Perjalanan
Kariernya
Nur Terbit menjalani profesi wartawan daerah di Makassar sejak
masih kuliah, berlanjut menjadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di
Sulawesi Selatan. Tahun 1984 hijrah ke Jakarta bergabung menjadi reporter kemudian menjadi redaktur.
Tahun 2014 saat koran tempatnya bekerja "dijual", Nur Terbit pensiun
dini namun tetap menulis dan jadi redaktur media online www.possore.com sampai saat ini.
Pengalaman jurnalis Nur Terbit sebagai pemegang kartu Wartawan
Utama dari Dewan Pers-PWI Pusat ini, antara lain: Wartawan/Editor Surat Kabar
Harian Terbit (Pos Kota Grup) 1980-2014. Pemred Vonis Tipikor versi majalah dan online 2014-2017. Pemred Corong
versi majalah dan online 2019-2020. Pemred Telescope versi majalah dan online
2020. Redaktur Eksekutif Possore.com 2015 s/d Sekarang. Redaktur/Admin tamu
sejumlah media online, majalah, tabloid 2014 s/d sekarang.
Prestasinya
Prestasi menulis antara lain: Dua kali menjadi Juara Lomba
Menulis Artikel Bertema Pramuka antar wartawan dan Umum Tingkat Nasional 2011
dan 2013, yang digelar Kwarnas Pramuka. Juara Lomba Menulis Pengalaman Mudik
Asyik Republika Online. Juara di beberapa lomba menulis blog antara lain:
Online Shop Kudo, Lomba Menulis Puisi Spontan Pedas, Lomba Blog Teacher Writing
Camp IGI Bekasi, Smartphone Oppo, Dompet Duafa, Asuransi Raksa Online, Online
Shop Shofie Martin, Restauran Bebek Kaleyo, BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga
Nuklir), Tokoh Populer, Suara Konsumen.
Pola Penulisan
Berita di Koran
Jejaknya bisa menjadi inspirasi bagi penulis pemula. Sebagai
orang yang telah kenyang makan asam garam dalam dunia jurnalistik reportase
media cetak koran. Beliau memahami benar gaya selingkung tiap-tiap media. Pada
kesempatan ini Beliau memaparkan adanya perbedaan pola (gaya selingkung)
penulisan berita di koran/media dengan menulis bebas untuk artikel di media.
Tentu berbeda pula jika menulis untuk karangan ilmiah,
skripsi, makalah, tesis atau disertasi. Menulis untuk media, ada format atau
standar baku, yakni berita tidak boleh (dilarang) memasukkan opini penulisnya
atau wartawannya.
Tapi bila wartawan ingin menyampaikan pendapat, gagasan,
pemikiran, boleh saja. Ada tempat khusus yakni opini, artikel, yang by name. Untuk
rubrik artikel di media, sudah disiapkan, baik koran, majalah, tabloid, dan lain-lain.
Selain wartawan sebagai tugas utamanya, rubrik opini ini bisa juga diisi oleh orang luar. Maksudnya pembaca sesuai kehalian dan bidang yang dikuasainya. Untuk tulisan ini, ada kompensasi dari redaksi media tersebut, berupa honorarium yang besarnya tergantung kemampuan media yang bersangkutan.
Mereka yang ahli atau pakar satu bidang ilmu, bahkan menjadi penulis tetap, honornya juga lumayan. Saat ini media besar seperti Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia dan beberapa majalah menerapkan standar honor.
Era Digitalisasi
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, sangat berdampak pada keberadaan media cetak. Memasuki era digital ini, media cetak dan sebangsanya, banyak yang tiarap lalu tidur untuk selamanya.dan semua berganti dengan sistem online
Satu sisi mengurangi pasar media cetak, sisi yang lain membuka
peluang baru sebagai netizen, atau citizen jurnalism.
Media Informasi pun makin banyak pilihan. Dahulu harus ke lapak K5, lampu merah, pengecer, agen utk dapat membeli koran/majalah. sekarang cukup dengan gadget atau hp, dunia sudah terbentang luas. Itu sekedar perkenalan sekitar dunia yang beliau geluti selama ini sejak 1980-an
Perjalanan menulis Nur Terbit
Sejak usia sekolah dasar Nur Terbit sudah terkena virus gemar
menulis dan vaksinya adalah gemar membaca. Sabat karibnya buku bacaan,
pelajaran, dongeng, cerita petualangan termasuk majalah-anak Si Kuncung. Dari
sinilah imajinasinaya terbangun. Seperti orang kehausan mendapatkan minuman es.
Minat, kesempatan, motivasi, dan media ada dalam satu porsi. Buku-buku menjadi
santapan enak untuk dinikmati.
Hal ini juga tidak terlepas dari peran serta, ayahnya yang amanah
dalam mendistribusikan buku-buku dari Dikdas Pendidikab dasar ke
sekolah-sekolah di daerahnya. Buku-buku itu yang menumbuhkembangkan minat baca
dan menjalar menjadi virus gemar membaca sehingga memunculkan imajinasi dan
motivasi untuk menulis.
Keberadaan buku-buku sangat berguna bagi kehidupan baik
sekarang maupun mendatang. Apalagi bagi anak-anak usia sekolah dasar yang
rekaman memorinya masih sangat tinggi. Program pemerintah dalam pengadaan
Perpustakaan Sekolah sangat mendukung Gerakan Literasi Sekolah dan memupuk tumbuh
kembangnya budaya membaca dan menulis di lingkungan anak-anak.
Tangan Ajaib
Pada jamannya yang hampir setengah abad berlalu. Nur Terbit termasuk anak yang bertangan ajaib, masih usia pelajar SD sudah mampu menulis beragam tulisan dan gambar serta berani mengirim tulisan ke media koran daerah tempat tinggalnya di Makassar. Ada koran Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Makassar, bahkan se Indonesia Timur.
Tulisan yang dikirim berupa Puisi Anak, Cerita Anak, bahkan ngirim gambar di rubrik Anak. Pada hal waktu itu nulisnya masih menggunakan mesis ketik yang bunyi tak... tik.. tuk ...itu dan waktu yang dibutuhkan untuk menulis lebih lama. Ketika pertama kali tulisannya dimuat di koran rasa bangga menyelimuti dirinya terlebih ketika mendapat honor via wesel pos meskipun sedikit.
Honor dan kesempatan karena tulisannya dimuat di berbagai
media koran lokal merupakan pemicu semangat untuk menulis lebih lanjut. Beliau
mulai berani mengikuti lomba menulis. Beberapa kali mewakili sekolah untuk
lomba menulis antar sekolah dan Alhamdulillah...menang.
Ini ungkapan moderator terhadap kelihaian tangan Nur Terbit“ Wow,
cepat sekali ngetiknya pak. Terasa sekali kalau Bapak ini jurnalis yang sudah
mengetik ribuan artikel. Sangat terasah”.
Setelah di SLTP dan SLTA virus gemar menulis semakin menjadi.
Berbagai kegiatan lomba diikutinya dan berhasil menyabet beberapa kejuaraan.
Karena rajin mengikuti berbagai lomba menulis, dan sering
menang. Maka beberapa hadiah pun diterimanya laptop, kamera, hand phone dan
yang paling sering mendapat flashdisk,
atau voucher belanja.
Setelah pensiun dini, Beliau mulai fokus.menulis di blog,
Kompasiana, mengenal medsos (FB, Twitter, Instagram dan YouTube).
Dari sekian banyak tulisan yang tercecer di mana-mana itulah kemudian
dikumpulkan dan akhirnya menjadi
buku. Yang terbaru diterbitkan YPTD-nya
Pak Thamrin dahlan adalah "Wartawan Bangkotan".
Manfaat membaca menurut
Nut Terbit:
1. Memperkaya perbendaharaan
kata
2. Belajar EYD
3. Menambah wawasan,
4. Menemukan style(gaya) penulisan sendiri
Setelah hampir setengah
abad malang melintang di dunia kepenulisan, beliau memiliki banyak pengalaman
bidang penulisan. Dan menemukan kunci dalam menulis :
1. Untuk mahir menulis harus
banyak membaca
2. Menulis dengan kunci 3D
(dialami, disukai, dikuasai)
3. PDLS (Peka
Dengan Lingkungan Sekitar )
4. TBTO (Terus Belajar atau Baca dari Tulisan Orang )
5. TLMM (Terus Latihan
Menulis di Media Medsos)
6. TILM (Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba kualitas tulisan kita)
Bila
penulis pemula ingin mengembangka potensi menulis, terutama genre fiksi. Lebih
baik rajin melihat televise, film, dan mendengarkan radio untuk memperkaya
wawasan dan menemukan ide-ide dalam pengembangan tulisannya.
Kesimpulan
Tulislah saat itu juga ketika ide muncul dikepala, jangan biarkan lama mengendapkan. Karena kepala sudah penuh oleh beban pikiran dan beban hidup.
@@@@
Alaska, 14 November 2020
Comments
Post a Comment